Jangan Tunda




Salah satu penyakit umat islam adalah menunda-nunda suatu kebaikan.Contohnya adalah alasan kuno,menunda ke majlis ta'lim sewaktu masih bekerja,nanti saja kalau sudah pensiun,biar belajarnya focus.Atau yang dalam keseharian,seperti mencuci,mandi,nonton tv dan lain-lain,semua ditunda dengan alasan yang beragam.

Padahal penundaan tanpa alasan yang kuat sesungguhnya merupakan bentuk dari kemalasan yang berujung pada kekalahan,bahkan kehancuran.Dan sebaliknya,tidak menunda pekerjaan adalah bentuk dari kerajinan yang akan berubah prestasi dan kejayaan.


Karena itu bagi yang didalam dirinya masih mempersilahkan bersemayam sifat menunda pekerjaan,maka dia telah memproklamirkan diri sebagai pribadi yang akan cenderung gagal dalam hidup.Dan bagi yang telah dan selalu bertekad untuk tidak akan pernah menunda-nunda pekerjaan,maka dia telah memproklamirkan diri sebagai orang-orang yang layak menjadi pemenang dan terhormat dalam kehidupan.


Baik kehidupan dunia maupun kehidupan akhirat.Sebagai umat islam yang bergelar umat terbaik,maka sangat tidak layak bagi kita menunda-nunda pekerjaan.Selesaikan pekerjaan secepatnya,setelah itu kita bisa focus mengerjakan pekerjaan lainnya,para pemalas baru mengerjakan apa yang sudah kita kerjakan.itupun kalau jadi,dan kalau masih Allah kasih panjang umur.Jadi jangan pernah menunda.





Minggu, 02 Oktober 2011




BOLEH JADI



seiring kita mencibir suatu pekerjaan ibadah yang dilakukan oleh sudara kita ibadahnya salah.pada saat yang sama diapun mencibir kita juga,karena menurutnya ibadah kita itulah yang salah

wal hasil terjadilah saling cibir mencibir padahal sebenarnya,boleh jadi ibadah orang yang kita cibir itu adalah benar,dan justru yang kita lakukan itulah yang salah,dikarenakan referensi keilmuan kita tentang dalil yang benar itu belum kita miliki.Lalu alangkah malunya disisi Allah jika kita yang salah malah mencibir yang benar.Akan tetapi jika memang benar secara dalil,maka tetap juga alangkah malunya kita disisi Allah karena kita menyombongkan diri sekaligus merendahkan orang lain.Hal lain yang sering terjadi,banyak diantara kita yang kapasitas posisinya hanya murid,tapi dengan mudah dan beraninya dia menjelek-jelekan seseorang yang berkapasitas seorang guru,dimana jasa-jasa pada umat dan pahala sang guru yang dijelek-jelekan itu jauh lebih tinggi dari kita.Atau kalaupun sama-sama berkapasitas seorang guru misalnya,sungguh tidak pantas disisi Allah,seorang guru menjelek-jelekan guru lainnya.Terlebih boleh jadi dari seluruh amaliyahnya,guru yang dijelekan itu ternyata amal pahalanya jauh lebih banyak.

Karena itu mari kita terus belajar,belajar mencari dalil yang shaheh,kemudian lebih mawas diri,lebih rendah hati,serta lebih menjaga tali persaudaraan dengan saling hormat menghormati sesama muslim.


Sabtu, 26 Maret 2011

BICARALAH YANG BAIK ATAU DIAM

Rasullullah SAW Mengatakan,"Bicaralah Yang Baik Atau Diam".Pesan Rasullullah SAW itu Menyuruh kita aktif berbicara, namun pembicaraannya harus yang bersifat kebaikan. Kalau bicara kebaikan tidak bisa, maka lebih baik diam saja. Sekarang, begitu banyak diantara kita yang asal bicara saja, tanpa menilai pembicaraan itu baik atau buruk. Dan tanpa berfikir apakah bicara kita itu bernilai pahala apa dosa . Sesungguhnya lisan kita akan dimintai pertanggungjawabannya kelak diakhirat, jadi hendaknya berhati-hatilah jika berbicara. Termasuk dalam hal ini adalah bicara dalam hati sendiri yang orang lain tidak mengetahui bahwa hati kita membicarakan seseorang . Lebih baik hati kita buat sibuk berzikir kepada Allah daripada berbicara macam-macam. Lebih jauh lagi,hendaknya kita aktif melangkahkan kaki ketempat yang baik-baik yang disana kita bisa mendapatkan pahala. Pergi ke Majlis ta'lim, silaturrahim, atau menengok orang sakit, misalnya. Dan jika tidak bisa, maka diam saja dirumah, itu lebih baik. Intinya, hidup kita ini harus bersifat aktif , tidak pasif. Lisan kita harus berbicara, kaki kita pun harus melangkah, karena itulah tugas kekhalifahan dan kehambaan kita. Berbuat dan berbuat. Namun jika tidak bisa berbuat hal yang baik, maka diamlah. Termasuk mata dan telinga kita, jika tidak bisa kita gunakan dalam hal kebaikan maka lebih baik tutup dan pejamkanlah. Demikianlah hendaknya.